Gunung Tangkuban Parahu adalah salah satu gunung yang terletak di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, gunung Tangkuban Parahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter. Bentuk gunung ini adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat. Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang, mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap belerang. Daerah Gunung Tangkuban Perahu dikelola oleh Perum Perhutanan. Suhu rata-rata hariannya adalah 17oC pada siang hari dan 2 oC pada malam hari.
.Gunung Tangkuban Parahu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan
Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan
gunung.
Gunung Tangkuban Perahu merupakan salah satu gunung berapi yang masih
aktif di pulau jawa. Beberapa kali gunung ini tercatat pernah meletus,
mengeluarka isi perutnya sehingga menghasilkan sembilan kawah yang
tersebar di berbagai tempat di puncak gunung tersebut. Kawah Ratu
merupakan kawah terbesar di lokasi ini, dikuti dengan Kawah Upas yang
terletak bersebelahan dengan kawah ratu dan bisa ditempuh dengan
berjalan kaki kurang lebih 25 menit menempuh jarak sekitar +/- 1500
meter dari pos pengamat, mengitari tepi Kawah Ratu, berlawanan arah
jarum jam. Kawah Upas memiliki dasar kawah yang dangkal dan datar,
dengan pepohonan liar tampak banyak tumbuh di salah satu sisi dasar
kawah. Mungkin dikarenakan dangkal dan tidak terlalu luas, disamping
juga harus ditempuh dengan jalan kaki terlebih dahulu, (berbeda dengan
Kawah Ratu dimana mobil pribadi
Legenda Tangkuban Perahu
Asal-usul Gunung Tangkuban Parahu dikaitkan
dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya,
Dayang Sumbi. Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi
mengajukan syarat supaya Sangkuriang membuat perahu dalam semalam.
Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu,
sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian
membentuk Gunung Tangkuban Parahu.
bisa parkir tepat di bibir kawah), Kawah
upas jarang dikunjungi wisatawan. Pemandangan yang disajikan pada Kawah
Upas ini cenderung “biasa-biasa” saja, namun dimungkinkan untuk
menikmati pemandangan Kawah Ratu dari sisi yang berbeda, mengingat bibir
Kawah Ratu dan Kawah Upas menyatu dalam bentuk satu jalur pendakian,
dengan Kawah Ratu pada sisi kiri dan Kawah Upas pada sisi kanan.
0 komentar:
Posting Komentar